Book Launch and Discussion “Kontribusi Martin van Bruinessen dalam Pemikiran Aswaja di Indonesia”

Jakarta, 8 Agustus 2025 — Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta mengadakan Book Launch and Discussion bertema “Kontribusi Martin van Bruinessen dalam Pemikiran Aswaja di Indonesia”. Acara yang berlangsung pada Jumat sore ini menjadi momentum peluncuran sekaligus diskusi atas sejumlah karya yang membahas pemikiran Islam di Indonesia, serta penghargaan bagi kontribusi Prof. Martin van Bruinessen dalam kajian Islam Nusantara.

Kegiatan dibuka pukul 15.00 WIB dengan sambutan dari moderator, Dr. Siti Nabila, M.Pd. Presentasi pertama disampaikan oleh Dr. Ahmad Suaedy melalui buku “Nahdlatul Ulama Abad Kedua, Islam Nusantara dan Siyasah Peradaban”, dilanjutkan Dr. Fariz Alnizar dengan “Kekerasan Linguistik; Bagaimana Bahasa Mengeliminasi Kelompok Minoritas”. Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban kemudian membahas karyanya berjudul “C. Snouck Hurgronje dan Wajah Islamnya”.

Sesi berikutnya menghadirkan Prof. Farish A. Noor yang memaparkan buku suntingan berjudul “Trajectories of Indonesian Islam”, hasil kerja sama dengan Lies Marcoes dan Moch. Nur Ichwan. Buku ini merupakan kumpulan esai akademik yang ditulis untuk menghormati Prof. Martin van Bruinessen, menyoroti sejarah Islam di Indonesia, isu-isu kontemporer, hingga metodologi studi Islam. Isinya mencakup peran pesantren dalam modernisasi, wacana feminisme Islam, dinamika organisasi keagamaan seperti NU dan MUI, serta dampak globalisasi dalam wacana keislaman. Dengan pendekatan multidisipliner, karya tersebut dianggap sebagai rujukan penting bagi akademisi dan peneliti.

Setelah pemaparan, Dr. Ahmad Suaedy memberikan respon atas salah satu bab, disusul tanggapan langsung dari Prof. Martin van Bruinessen yang merefleksikan pengalaman intelektualnya.

Dalam sesi tanya jawab, Hasan Basri menanyakan bagaimana memperkuat kajian sejarah peradaban Islam. Prof. Martin menjawab bahwa seorang peneliti harus memiliki keberanian—baik dalam menempuh jalan baru maupun menghadapi arus yang berbeda. Ia menekankan bahwa menulis dan membaca adalah bentuk aktivisme dalam dunia ilmu pengetahuan.

Diskusi yang berlangsung hingga pukul 17.00 WIB ini ditutup dengan penuh inspirasi. Selain menjadi forum akademik, acara tersebut memperkuat jaringan intelektual Islam Nusantara sekaligus memberikan penghargaan kepada kontribusi ilmuwan internasional dalam memperkaya wacana keislaman di Indonesia.