Apakah saya datang ke Qufu hanya untuk doakan dan penghormatan kepada Confucius? Tidak. Ada agenda suatu pertemuan besar tentang peradaban (civilization) bertema “The Eleventh Nishan Forum on World Civilization” di kota Nishan dimana kota Qufu bagian darinya. Tampaknya topik civilization ini memang sedang menjadi bagian dari perhatian dan agenda bangsa dan pemerintah Tiongkok.
Mereka mendatangkan pakar ilmu pengetahuan, teknologi dan bisnis terpilih dari seluruh dunia untuk memberikan keynote speech dan presentasi hasil penelitian mutakhir dari masalah filsafat, etika, bisnis hingga teknologi dan AI (artificial intelligence). Ada juga forum paralel dimana saya ikut menyampaikan pandangan.
Saya menyampaikan pandangan tentang sumbangan Zheng He dalam memberikan watak peradaban Islam di Nusantara khususnya Jawa yang asimilatif dengan budaya lokal. Strategi asimilasi ini telah diperkenalkan oleh Dinasti Yuan (1271 - 1368 M.) sebelum dikembangkan lebih lanjut oleh Dinasti Ming (1368 - 1644 M.). Salah satu kaisar Dinasti Ming, Kaisar Yongle (1360 – 1424 M.) mengangkat dan menugaskan Admiral Zheng Ze yang Muslim untuk melakukan ekspedisi paling legendaris sebanyak 7 kali antara 1405 - 1433 M. ke seluruh dunia termasuk ke Nusantara.
Zheng He dan anak buahnya membangun sejumlah masjid di berapa negara dan beberapa tempat di Nusantara diantaranya di Surabaya, Semarang, Tuban, Cirebon dan Palembang. Juga di negara-negara lain dan di Tiongkok sendiri. Bahkan dia sempat menempatkan suatu perwakilan Islam Asia Tenggara kini di kerajaan Islam Champa –kini di wilayah Vietnam dan Kamboja. Namun, sebagian masjid-masjid itu kini berubah menjadi klenteng.
Masjid-masjid yang dibangunnya berarsitektur Cina dan ikut mewarnai berbagai bangunan masjid dengan “atap tajug bertumpuk tiga” seperti masjid Demak inspirasi dari bangunan Pagoda dalam tradisi kuil Buddha masa lampau. Zheng He sendiri adalah keturunan Arab yang nenek moyangnya sudah sangat lama tinggal dan menjadi prajurit militer di Tiongkok dan telah melakukan islamisasi di Tiongkok.
Setelah tiga hari di kota Qufu kemudian saya pindah ke kota Taicang. Lagi-lagi ini kota kecil untuk ukuran Tiongkok di pinggiran kota besar kedua Tiongkok, Shanghai. Kota ini adalah tempat kelahiran Zheng He atau Cheng Ho atau juga dikenal Sam Po Kong –endakwah Islam dari Tiongkok ke seluruh dunia yang termasyhur hingga kin irui.
Sama seperti Confucius, Zheng He juga dibuatkan Museum alam yang sangat besar dengan patung dirinya mungkin setinggi Monas. Terdapat berbagai video animasi dan patung dan peta pelabuhan-pelabuhan yang dia kunjungi seperti Tuban, Semarang, Cirebon, Batavia, Palembang dan juga di seluruh dunia yang dikunjunginya termasuk ke Haramain dalam rangka ibadah haji.
Di Taicang ini juga ada suatu forum semacam workshop atau Expert meeting dalam jumlah yang cukup besar, refleksi dan presentasi yang melibatkan para profesor dan pebisnis jaringan peneliti dan bisnis komunitas Zheng He di dunia. Topik: “Academic Symposium on Zheng He Culture and New Era Studies, Taicang, Suzhou, Jiangsu Province.”
Mereka menyajikan hasil riset dan rencana pengembangan di seluruh dunia. Ternyata memang ada berbagai jaringan atau komunitas riset antar kota dan antar negara tentang Zheng Ze yang juga melibatkan para pebisnis.
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai penyelenggara mendengarkan secara tekun terhadap forum ini. Saya menyumbangkan pikiran tentang Zheng He yang memberi fondasi bagi hubungan harmonis dan toleran namun dinamis terhadap tradisi Islam Nusantara terutama di Jawa.
Lagi-lagi museum dan berbagai fasilitas di sekitarnya termasuk hotel didukung penuh oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
***
Foto: Ahmad Suaedy bersama dengan keturunan ke-77 Confucius

Berita
Cina Nusantara (2)
Oleh: Ahmad Suaedy, Founder ienhub.com...
26 July 2025